
Oborsulut.com,Manado – Setiap tanggal 2 Mei, Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Tanggal 2 Mei bukan sekedar tanggal di kalender, tapi sebuah refleksi tentang pendidikan memegang peranan sangat vital dalam kemajuan suatu bangsa. Dalam moment ini adalah saatnya bagaimana kita mempersiapkan generasi yang cerdas, berkarakter dan siap menghadapi tantangan global. Di Hardiknas kita juga diingatkan untuk tidak melupakan anak-anak yang putus sekolah karena berbagai faktor.
Di Sulawesi Utara masih banyak anak putus sekolah. Di Sulawesi Utara masih banyak anak putus sekolah, meskipun angkanya masih dibawah propinsi lain. Menjelang Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2025, wartawan bersama oborsulut. com dan Prioritas.com melakukan investigasi selama tiga hari dibeberapa kabupaten kota yang ada di Sulut. Yaitu, di Minahasa, Tomohon, Minut, Minsel dan Mitra. Di Minahasa Tenggara didapatkan ada dua orang kakak beradik yang sudah tidak melanjutkan studinya karena alasan ekonomi. Di Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra), si kakak (GI) 23 tahun yang duduk di smester empat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unima sejak tahun lalu tidak lagi melanjutkan studinya Sedang adiknya (GV) tahun lalu berhenti, padahal sudah kelas Dua SMK (listrik) di Ratahan.
Ketika diwawancara oleh oborsulut.com dan Prioritas.com dengan ada rasa malu serta mata berkaca-kaca mengungkapkan mereka berdua tidak melanjutkan studi karena faktor biaya. Didampingi opanya, kata GI dan GV ayahnya sudah lama meninggal. Sedang ibunya bekerja sebagai pelayan di toko yang ada di Ratahan. Dengan suara terbata-bata dan mata berkaca-kaca, dua anak itu menyatakan keinginan dan niat untuk sekolah sangat besar. Tapi apa mau dikata, ibunya tidak sanggup untuk membiayainya. Sedangkan opanya sudah berumur 80-an.
“Dari enam kakak beradik tiga sudah kawin. Menurut GI setelah putus kuliah, ia membantu ekonomi keluarganya sebagai pelayan di salah satu rumah makan di Mitra. Sedang adiknya sekali kali mendapat panggilan untuk memasang instalasi di rumah penduduk.
“Tapi kalau malam hari saya nongkrong dengan teman-teman. Kadang kala meneguk miras,” katanya polos seraya menambahkan mudah-mudahan Torang boleh sekolah lagi. Disela-sela percakapan Opa dari dua anak itu mengharapkan pemerintah daerah dapat membantu dua cucunya untuk melanjutkan studinya.
” Kalau lihat anak- anak di kampung pergi ke sekolah saya menangis’. Ingat dua cucu saya di rumah,” ungkap Opa Go dengan nada haru. Sementara itu Pill Sulu wartawan senior mengungkapkan ia bersama rekan-rekannya telah membentuk tim untuk meng inventarisir anak putus sekolah di Sulut. Bahkan tim ini telah melobi dan berkomunikasi dengan beberapa putra-putri Sulut baik yang ada di luar daerah maupun didaerah untuk mencari jalan keluar agar anak putus sekolah bisa bersekolah lagi.
” Tim ini terdiri dari Pilep Pantouw, Elisa Regar, Ferry Rende, Adi Palit, ungkap Pil Menurut Pil Sulu, Pilep Pantouw, Elisa Regar dan Ferry Rende masalah anak putus sekolah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi seluruh elemen masyarakat. (Adi P)