
Oborsulut.com,Manado – Tepatnya hari Selasa tanggal 20 Mei 2025 sebanyak 165 pelaku permesta hadir dalam acara Temu Kasih yang berlangsung di Four Points Hotel. Meskipun usia telah lanjut diatas 85 tahun hingga 94 tahun, dan bahkan ada yang datang dengan menggunakan kursi roda dan memakai tongkat, tapi semangat juang untuk hadir sangat besar.
Sebelum acara mulai para pelaku saling menceritakan kisah tentang semangat dan suka duka ketika permesta di tahun 1957 hingga 1961. Bahkan ada diantara mereka ada yang sudah puluhan tahun tidak pernah ketemu ketika berlangsung perdamaian Malenos Amurang pada tanggal 4 April 1961.
Dalam hasil pembicaraan para pelaku menyatakan permesta bukan pemberontak. Karena perjuangan waktu itu bukan untuk memisahkan diri dari Republik Indonesia. Tapi tuntutannya adalah otonomi daerah. Karena saat itu pemerintah pusat dinilai terlalu mengistimewakan pulau Jawa.
Hasil pantauan oborsulut.com acara yang dihadiri juga oleh anak dan cucu pelaku permesta yang jumlah keseluruhannya 236 orang (sesuai daftar hadir) merupakan ajang Temu Kasih yang berlangsung hikmat dan penuh haru. Apalagi dalam khotbah yang disampaikan Pdt Renata Ticonuwu,STh menyerukan agar berusahalah memelihara kesatuan roh oleh ikatan damai sejahtera.
Ternyata kehadiran para pelaku antara lain untuk mendeklarasikan pembentukan organisasi permesta. Sebab itu dalam acara tersebut pelaku permesta sebagai mandataris memberikan mandat kepada Philep Pantouw sebagai Ketua Majelis Keluarga Besar Permesta.
Para pelaku juga meminta agar Philep Pantouw menyusun struktur organisasi dengan berbadan hukum. Mereka menyatakan meskipun pengurus telah terbentuk dan organisasi berbadan hukum, tapi pemilik sah dari organisasi ini adalah pelaku permesta sebagai mandataris.
Setelah mendapat mandat, Philep Pantouw mengungkapkan kepercayaan yang diberikan oleh para pelaku akan dilaksanakan sebaik-baiknya. Ile yang biasa disapa rekan-rekannya mengatakan misi dari organisasi permesta ini adalah untuk membela dan memperjuangkan hak-hak para pelaku permesta yang sudah berusia lanjut. Lebih lanjut Ile menuturkan hasil pantauan dan informasi yang diterimanya, ada banyak pelaku permesta yang kondisi kesehatan dan ekonomi keluarga yang sangat memprihatikan.
Ada yg sudah berada di kursi roda, dan ada yang sudah terbaring di tempat tidur karena sakit. Bahkan ada cucu pelaku yang sudah tidak melanjutkan studinya karena masalah ekonomi. “Masalah seperti ini akan menjadi perhatian dan tanggung jawab dari organisasi Majelis Keluarga Besar Permesta,” kata Ile Pantouw seraya menambahkan mandat yang diberikan 165 pelaku permesta akan dilaksanakan dengan baik.
Karena pemilik organisasi permesta adalah para pelaku. Karena mereka adalah mandataris. Sebab itu beberapa pelaku permesta, seperti Phil Sulu mempertanyakan dimana perhatian dan kepedulian organisasi yang menamakan permesta yang sudah terbentuk bertahun-tahun terhadap para pelaku yang saat ini kesehatan nya terganggu dan cucunya telah putus sekolah karena masalah ekonomi.
Mengakhiri percakapan Ile Pantouw menuturkan organisasi permesta yang dipimpinnya akan bekerja sama dengan Yayasan Permesta yang misinya sejalan. Selamat atas dipilihnya Philep Pantouw sebagai Ketua Majelis Keluarga Besar Permesta. Dan mudah-mudahan dalam waktu dekat susunan pengurus sudah terbentuk dan organisasi ini sudah berbadan hukum. Sehingga program kerja maupun misi dari Majelis Keluarga Besar Permesta akan segera dilaksanakan dan mencapai tujuan. (Adi Palit)